Kesalahan Terburuk Sebelum Membuat Website

Kesalahan Terburuk Sebelum Membuat Website

Perlukah sebuah perusahaan memiliki website?

Kesalahan Terburuk Sebelum Membuat Website

Pertanyaan tersebut mungkin banyak dilontarkan para pemilik usaha. Jika melihat geliat perkembangan bisnis di era digital saat ini, tentu saja setiap bisnis baik UKM maupun korporasi memerlukan website untuk membangun citra sekaligus berinteraksi dengan konsumen. Website bahkan dapat digolongkan sebagai aset penting perusahaan. Di era yang sebagian besar masyarakatnya sangat bergantung pada internet dan ponsel pintar, untung-rugi sebuah bisnis banyak ditentukan oleh online presence perusahaan. http://162.214.145.87/

Jika menimbang tren masyarakat yang semakin mengarah ke gaya hidup digital, memaksimalkan digital marketing tentu menjadi sebuah keharusan. Tak perlu terlalu jauh membicarakan strategi digital marketing terlebih dulu. Anda perlu memastikan bahwa website, yang notabene “wajah” perusahaan di dunia maya, sudah maksimal dalam menjalankan tugasnya.

Kriteria website yang baik tentu berbeda-beda bagi setiap orang. Banyak yang berpikir bahwa website yang bagus hanya perlu memiliki halaman About Us, Contact, blog, serta desain apik dan modern. Namun, banyak pula yang menganggap kehadiran platform tambahan seperti live chat mampu memaksimalkan peran website dalam berinteraksi dengan pengunjung.

Kriteria website yang ideal tentunya bergantung pada jenis bisnis yang Anda jalankan. Pertanyaannya, bagaimana untuk memastikan bahwa website yang Anda buat mampu menjalankan tugasnya secara maksimal?  Untuk menjawabnya, mungkin Anda perlu menghindari lima kesalahan fatal dalam pembuatan website berikut ini.

1. Navigasi Website yang Tidak User-Friendly

kualitas website Anda sangat ditentukan oleh kemudahan navigasinya. Navigasi terdiri dari serangkaian menu dan label yang tertera pada halaman website. Navigasi yang terstruktur tentu dapat membantu pengunjung mengakses informasi yang dibutuhkan dengan lebih cepat dan mudah. Jika berbicara mengenai kemudahan akses pengguna, menu navigasi yang sederhana jauh lebih dianjurkan dibanding menu dengan berbagai modifikasi.

Navigasi website pun memengaruhi traffic, konversi, dan peringkat di mesin pencarian. Namun, aksesibilitas navigasi kadang dipertaruhkan demi website yang memiliki tampilan berbeda. Beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam membuat navigasi website meliputi:

·   Terlalu banyak menaruh item di menu navigasi

Anda mungkin sering melihat website dengan deretan tautan navigasi di halaman berandanya. Banyaknya item navigasi justru dapat membuat fokus pengunjung terpecah dan akhirnya melewatkan informasi penting yang mereka cari di website. Gunakan maksimal lima item navigasi pada halaman muka website Anda. Anda dapat menggunakan model menu drop-down untuk memberikan tautan ekstensi pada menu.

·   Tidak mengganti warna tautan yang telah dikunjungi

Pengunjung sering tidak sadar jika telah mengunjungi tautan yang sama berkali-kali. Kebiasaan tersebut dapat membuat pengunjung terlalu lama berputar-putar dalam mendapatkan informasi yang dicari. Untuk menghindari hal tersebut, website seharusnya menggunakan indikator warna yang berbeda pada tautan yang telah dikunjungi dan tautan baru. Penggunaan warna yang berbeda pada tautan di halaman muka website dapat menghindari pengunjung untuk tidak mengeklik tautan yang sama berkali-kali.

·   Menu navigasi sulit ditemukan

Biasanya, menu navigasi diletakkan pada bagian atas website secara horizontal, atau pada panel kiri vertikal. Tak jarang desainer website mencoba hal berbeda dengan meletakkan menu navigasi tersebut di tempat yang tidak umum. Karena pengunjung terbiasa melihat menu navigasi horizontal di bagian atas halaman website, mereka tentu akan merasa aneh jika harus mencari menu navigasi di tempat lain. Khusus masalah navigasi website, Anda harus tetap berpegang teguh pada konsep minimalis.

2. Desain Website Tidak Responsif

Kesalahan Terburuk Sebelum Membuat Website

Website bisnis dituntut agar mendukung tampilan mobile. Dengan desain yang responsif, website dapat diakses dengan mudah di berbagai perangkat. Namun, masih banyak merchants yang mengabaikan pentingnya memiliki desain website yang responsif. Beberapa kesalahan yang sering dibuat dalam membuat desain website yang responsif di antaranya:

·  Mendahulukan perancangan website untuk versi desktop

Kebanyakan pemilik usaha mengutamakan tampilan website dalam versi desktop. Padahal kendala teknis dalam mengubah skala tampilan website dari desktop ke versi mobile dinilai lebih sulit. Dengan berfokus pada perancangan tampilan website untuk versi mobile, Anda dapat menciptakan pengalaman browsing dengan perangkat mobile yang jauh lebih baik, sebab sebagian besar pengguna internet lebih sering mengakses konten menggunakan smartphone. Pernyataan tersebut didukung data dari Statista yang menunjukkan jumlah pengguna smartphone di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun ke tahun.

· Loading website terlalu lama

Pengunjung tentu tidak akan sungkan untuk menutup tab browser saat loading website terlalu lama. Untuk memastikan agar website dapat memuat data lebih cepat, Anda perlu meninjau kembali konten yang ada di dalamya, seperti gambar, teks, dan tombol. Kecepatan website dalam memuat data juga sangat berpengaruh dalam menentukan peringkat di hasil penelusuran Google.

Waktu muat tidak hanya berimbas pada peringkat website di mesin pencarian. Namun, yang paling penting, naik-turunnya angka konversi pengunjung sangat bergantung pada faktor yang satu ini. Ingat, setiap detik yang dihabiskan pengunjung menunggu website selesai memuat konten sangat berpengaruh pada angka konversi.

·   Tombol CTA untuk perangkat mobile terlalu kecil

Adanya tombol call-to-action (CTA) dapat membantu pengunjung untuk mendapatkan informasi yang mereka inginkan. Pada pengguna desktop, tombol satu ini mungkin tidak sulit untuk ditemukan. Namun, bagi pengguna perangkat mobile, tombol CTA yang terlalu kecil terkadang menjadi penghalang untuk mengakses konten yang tersedia di website.

Kendala yang harus dihadapi pengguna perangkat mobile saat mengakses website yang tidak responsif adalah memperbesar tombol CTA hanya untuk mengekliknya. Tombol CTA yang terlalu kecil bahkan sering pula menyebabkan salah klik yang akhirnya berimbas pada pengunjung meninggalkan website saking frustrasinya. Desain tombol CTA harus proporsional, yang artinya berukuran sedang dan tidak diletakkan terlalu dekat dengan tombol lainnya.

Efektivitas sebuah website sangat bergantung pada ketersediaan fitur, konten, dan navigasi yang mengutamakan faktor pengalaman pengguna. Jangan ragu untuk berkonsultasi pada website designer atau developer untuk memastikan website yang dibuat tidak hanya dapat membantu bisnis Anda, tapi juga mampu menciptakan pengalaman pengguna terbaik.